PALOPO – Suasana memanas terjadi di Kota Palopo setelah Kepala Ranting Bank Sulselbar Malili, berinisial AK, dilaporkan ke Polres Palopo oleh Ketua Pospera Luwu Timur, Erwin R. Sandi, pada Jumat sore (18/7/2025).
Laporan tersebut berkaitan dengan dugaan ancaman dan upaya penganiayaan terhadap Erwin.
Insiden ini diduga bermula dari unggahan Erwin di akun Facebook pribadinya, yang menurut informasi menyindir atau menyinggung AK.
Merasa tersinggung, AK dikabarkan langsung mendatangi proyek perumahan milik Erwin di Palopo.
“Saya tidak menyangka dia datang dengan emosi seperti itu. Kalau dia tidak puas dengan postingan saya, silakan klarifikasi, bukan malah bertindak seperti preman,” ujar Erwin saat dikonfirmasi usai membuat laporan di Mapolres Palopo.
Erwin menyebut bahwa kunjungan AK ke lokasi proyek disertai nada tinggi dan sikap yang intimidatif, sehingga ia merasa terancam.
Erwin pun memutuskan untuk menempuh jalur hukum dan melaporkan kejadian tersebut dengan didampingi kuasa hukumnya.
Di sisi lain dikutif dari potoklik, AK membantah keras tudingan tersebut. Saat dihubungi oleh awak media, ia menyatakan bahwa kedatangannya ke lokasi proyek tidak dilandasi niat buruk.
“Saya hanya ingin meminta klarifikasi secara langsung terkait postingan yang saya anggap merugikan nama baik saya. Tidak ada niat untuk melakukan kekerasan,” jelas AK.
Kasus ini kini tengah ditangani oleh pihak Polres Palopo. Polisi belum memberikan keterangan resmi lebih lanjut, namun dipastikan laporan telah diterima dan akan diproses sesuai hukum yang berlaku.
Situasi ini pun menjadi sorotan publik, terutama di wilayah Luwu Timur dan Palopo, mengingat melibatkan dua tokoh yang cukup dikenal di daerah tersebut, seorang pimpinan organisasi masyarakat dan seorang pejabat bank daerah.
Menanggapi adanya peristiwa tersebut layaknya aksi premanisme yang melibatkan Kepala Bank Sulselbar Malili berinisial AK menuai kecaman keras dari berbagai pihak, salah satunya datang dari aktivis 98, Hasbi Lodang.
Hasbi, yang juga dikenal sebagai Pembina Pospera Sulawesi Selatan, menyayangkan tindakan tidak terpuji yang diduga dilakukan oleh pejabat tinggi di institusi perbankan milik daerah tersebut.
“Tindakan ini sangat tidak mencerminkan etika seorang pemimpin, apalagi di dunia perbankan yang seharusnya menjunjung tinggi profesionalisme, keramahan, dan kesantunan,” tegas Hasbi.
Ia menilai, dugaan percobaan penganiayaan yang dilakukan oleh AK tak ubahnya aksi premanisme yang tidak bisa ditoleransi.
Karena itu, Hasbi mendesak aparat kepolisian agar menangani kasus ini secara serius dan profesional.
Tak hanya itu, ia juga menginstruksikan agar seluruh jajaran Pospera di Luwu Timur turut mengawal kasus ini hingga tuntas.
“Kami minta Pospera Luwu Timur untuk tidak tinggal diam. Premanisme seperti ini tidak boleh dibiarkan tumbuh dalam sistem birokrasi atau institusi mana pun,” tegasnya lagi.