DAERAH

Puslitbang SDA Unhas Paparkan Pengembangan Blue Economy Budidaya Bandeng di Luwu

×

Puslitbang SDA Unhas Paparkan Pengembangan Blue Economy Budidaya Bandeng di Luwu

Sebarkan artikel ini

LUWU – Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Alam Puslitbang SDA) Universitas Hasanuddin melakukan diseminasi hasil joint research Pengembangan Blue Economy di aula Kantor Bappelitbangda Kabupaten Luwu, Senin (5/2/2024).

Kegiatan Diseminasi tersebut dibuka secara resmi oleh Sekretaris Daerah Kabupaten Luwu, Drs. H. Sulaiman, MM dan dihadiri oleh Kepala Bank Indonesia Perwakilan Provinsi Sulawesi Selatan, M. Abdul Majid Ikram.

Menurut H. Sulaiman, Blue Economy atau Ekonomi Biru adalah sebuah konsep pembangunan ekonomi yang menitik beratkan pada pemanfaatan sumber daya laut secara berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

“Tujuannya adalah untuk mendukung oertumbuhan ekonomi, kesejahteraan masyarakat, pelestarian ekosistem laut serta menciptakan lapangan kerja,” jelas H. Sulaiman.

Menurutnya, saat ini luas lahan budidaya ikan atau kawasan pertambakan yang telah dimanfaatkan masyarakat Kabupaten Luwu sekitar 10,5 hektar.

Baca Juga:  Cegah Stunting, Pemkab Luwu Kampanyekan Gerakan Makan Telur Tiap Hari

“Dari luas kawasan tersebut, 8,3 hektar merupakan lahan budidaya ikan bandeng dengan sistem budi daya monokultur maupun polykultur,” lanjutnya.

Sekda juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada pihak Bank Indonesia perwakilan Sulsel yang mendukung program joint research yang dilaksanakan oleh tim dari Puslitbang SDA Unhas.

“Mudah-mudahan apa yang telah dihasilkan dari kajian ini menjadi bahan acuan bagi masyarakat Kabupaten Luwu dalam menjalankan usaha pembudidayaan ikan bandeng,” tutupnya.

Kepala Dinas Perikanan, Ir. Baharuddin mengatakan, kajian pengembangan Blue Economy yang bertujuan melakukan penelitian terkait bagaimana peningkatan produktifitas budidaya ikan bandeng di Kabupaten Luwu telah dilakukan pada tahun 2023.

“Kita berharap kegiatan ini memberikan dampak yang positif terhadap pertumbuhan ekonomi daerah,” kata Baharuddin.

Kepala BI Perwakilan Sulsel, Abdul Majid Ikram menyampaikan bahwa dukungan Bank Indonesia terhadap penelitian pengembangan budidaya ikan bandeng di Sulsel merupakan bagian dari upaya mendukung pemerintah Indonesia dalam mengendalikan inflasi.

Baca Juga:  FGD, Bupati Lutim Ajak Semua Pihak Wujudkan Geopark Matano

“Ada beberapa fokus-fokus yang kita tangani salah satunya adalah bagaimana mengendalikan inflasi di Indonesia sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi,” tutur Abdul Majid.

Sementara itu, kepala Puslitbang SDA Unhas, Prof. Dr. Abdul Rasyid dalam pemaparannya mengatakan, Sulawesi Selatan memiliki potensi perikanan yang tinggi dengan luas perairan 43 juta hektar. Salah satu komoditas perikanan dengan potensi terbesar adalah ikan bandeng yang produksinya tertinggi di Indonesia. Namun, ikan bandeng sering menjadi pendorong inflasi di Sulawesi Selatan karena budidayanya yang kerap terkendala ketersediaan benih dan alih fungsi lahan tambak untuk budidaya Udang Vaname.

Baca Juga:  Pj Wali Kota Palopo Pimpin Apel Besar Hari Pramuka ke-63, Tegaskan Pentingnya Jiwa Pancasila

“Untuk mendorong keberlanjutan budidaya bandeng sesuai prinsip ekonomi biru (blue economy) sebagai upaya pengendalian inflasi, diperlukan penelitian yang dapat mengkaji proses budaya ikan bandeng secara komprehensif,” ujar Prof. Abdul Rasyid.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permasalahan budidaya ikan bandeng di Sulsel, mengidentifikasi kemampuan dan perilaku pembudidaya bandeng dalam menerima inovasi atau program peningkatan produktivitas, menentukan strategi peningkatan produktivitas bandeng, dan mengukur dampak strategi tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi serta inflasi.

“Melalui studi kasus kelompok budidaya Bandeng di daerah sentra Kabupaten Pangkep dan Kabupaten Luwu, Analisis Regresi Berganda, serta Analisis Input-Output, penelitan ini menunjukkan bahwa budidaya Bandeng pada lokus kajian masih terkendala rendahnya kualitas SDM pembudidaya, teknik budidaya yang masih tradisional, serta belum kuatnya kelembagaan dan klaster usaha,” jelasnya.