LUWU – Kabupaten Luwu, tempat PT Masmindo Dwi Area (MDA) beroperasi, tercatat sebagai daerah dengan tingkat kerawanan bencana tertinggi di Sulawesi Selatan menurut Indeks Risiko Bencana Indonesia (IRBI) 2022-2024.
Mengingat kondisi ini, MDA berkomitmen untuk mengutamakan kesiapsiagaan bencana dalam operasionalnya, dengan memastikan setiap kegiatan perusahaan memenuhi standar keselamatan yang tinggi.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Kabupaten Luwu berada di zona merah kerentanan terhadap gerakan tanah dan longsor.
Kepala Teknik Tambang MDA, Mustafa Ibrahim, menjelaskan pentingnya langkah-langkah mitigasi yang terpadu untuk menghadapi tantangan geografis dan risiko bencana alam tersebut.
“Kami terus mengembangkan langkah-langkah kesiapsiagaan yang didukung oleh mitra berpengalaman agar operasional kami tetap berjalan lancar tanpa mengabaikan aspek keselamatan,” ujar Mustafa, Senin (06/01/2024).
Namun, kesiapsiagaan bencana tidak hanya menjadi tanggung jawab perusahaan. Masyarakat desa sekitar tambang juga perlu dilibatkan dan diberi pengetahuan untuk menghadapi potensi bencana. Oleh karena itu, MDA menggandeng Universitas Cokroaminoto Palopo (UNCP) untuk meluncurkan program Desa Tangguh Bencana (DESTANA).
Program yang digagas BNPB ini bertujuan untuk meningkatkan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana melalui penguatan kesiapsiagaan, mitigasi, dan kemampuan pemulihan pasca-bencana. Desa Ulusalu dan Bonelemo menjadi dua desa pertama yang akan dibina, dengan rencana pengembangan bertahap ke seluruh desa di wilayah Latimojong.
Sebagai bagian dari upaya mitigasi, MDA telah memasang alat sistem peringatan dini (Early Warning System), yakni Automatic Water Level Recorder (AWLR) di Sungai Ulusalu dan Automatic Weather Station (AWS) di Desa Salubulo.
Alat-alat ini diharapkan dapat memberikan peringatan dini secara real-time mengenai kondisi cuaca dan level air sungai, sehingga dapat mengurangi risiko bencana.
Selain itu, MDA juga memiliki tim Emergency Response Team (ERT) yang terlatih dalam penanggulangan bencana. Tim ERT ini tidak hanya beroperasi di sekitar kawasan tambang, tetapi juga aktif membantu daerah lain yang terdampak bencana, termasuk Kabupaten Barru.
ERT MDA secara rutin mengadakan pelatihan bersama dengan berbagai lembaga di Luwu, seperti Dinas Kebakaran, PMI, dan BPBD Luwu. Selain itu, mereka juga memberikan pelatihan kepada perguruan tinggi di Luwu dan Palopo.
Guna mendukung program DESTANA, MDA dan UNCP mengadakan sesi pemaparan tentang kebencanaan pada awal Januari 2025, yang dihadiri oleh perwakilan BPBD Luwu, Kepala Desa Ulusalu, serta Kepala Dusun setempat.
Tim UNCP menyampaikan informasi tentang penyebab banjir dan longsor yang melanda Latimojong pada Mei 2024, khususnya di Desa Ulusalu, dengan memaparkan data foto udara yang mereka miliki.
Di samping program kebencanaan, MDA juga berfokus pada pembangunan program berkelanjutan, seperti edukasi teknik pertanian berbasis greenhouse. Sistem pertanian ini bertujuan untuk mengurangi risiko gagal panen dan memberikan pendapatan yang stabil bagi masyarakat, sekaligus mengurangi praktik pembukaan lahan di lereng curam yang rawan longsor.
Dr. Ichwan, Ketua Tim Program Kolaborasi Pengabdian Masyarakat (PKM) UNCP, menyampaikan, “Kolaborasi dengan MDA dan Pemerintah Desa dalam membentuk dan memperkuat DESTANA merupakan langkah penting untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat di sekitar kawasan tambang.
Selain itu, edukasi tentang pertanian berbasis greenhouse sangat relevan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengurangi dampak lingkungan yang bisa memicu bencana alam.
Kepala Desa Ulusalu juga memberikan apresiasi terhadap program ini, “Program ini sangat bermanfaat bagi masyarakat karena memberikan pengetahuan baru tentang kesiapsiagaan bencana.
Selain itu, metode bercocok tanam yang diajarkan memberikan harapan baru bagi petani untuk memperoleh penghasilan yang stabil tanpa harus mengambil risiko membuka lahan di lereng pegunungan,” ujarnya.